Sudah beberapa pekan terakhir sejak seteru Iran dan Israel bermula. Kedua negara sama-sama aktif meluncurkan rudal dan persenjataan modern untuk menyerang satu sama lain.
Namun menurut ahli keamanan siber, perang antara kedua negara di Timur Tengah ini juga telah merambah ke dunia maya melalui perang siber.
Seorang ahli keamanan siber yang bekerja untuk Microsoft selama beberapa tahun, Christin Flynn Goodwin, melacak adanya beberapa peretas paling terkenal di dunia, termasuk kelompok yang terhubung dengan militer Israel dan Iran, mengenai dampak potensi perang siber.
“Kami telah melihat perang dunia maya selama bertahun-tahun terjadi berkali-kali antara kedua negara ini. Tentara Israel terkenal dengan kemampuan sibernya dan Unit 8200-nya adalah kelas dunia,” kata Goodwin, mengutip My North West, Senin (23/6/2025).
Begitu juga dengan personel Iran. Menurut Goodwin, “Korps Pengawal Revolusi Iran (IRGC) dan Institut Mabna-nya begitu terkenal untuk urusan siber.”
Sekadar informasi, sejak Israel meluncurkan serangan rudal awalnya ke Teheran minggu lalu, kedua belah pihak juga melepaskan serangan dunia maya. Hal ini berpotensi menyebabkan konsekuensi yang mematikan.
Serangan Siber Naik 700 Persen di Tengah Perang Iran-Israel
Bahkan, firma keamanan siber Ragnar Cybersecurity memerkirakan serangan siber Iran telah meningkat 700 persen dan menargetkan Israel.
Sementara itu, minggu lalu, hacker Iran disebut telah mengirim pesan teks kepada ribuan orang Israel yang mengancam serangan teror.
Sejak beberapa hari lalu, dua perusahaan siber terkenal mendesak perusahaan Amerika untuk meningkatkan pertahanan siber mereka.
Hal ini seiring dengan catatan di mana para hacker yang disponsori negara Iran masif menarget infrastruktur AS selama konflik sebelumnya.
“Perang dunia maya juga bisa berbahaya. Mungkinkan negara-negara ini memilih untuk menggunakan taktiknya memburu infrastruktur penting seperti kontrol operasional dalam sistem pemanas atau jaringan listrik, atau mungkin air?” kata Goodwin.
Hacker Israel Lumpuhkan Ekonomi Iran?
Sementara itu mengutip Euronews, kelompok hacker yang diduga terkait dengan Israel belum lama ini mengklaim bertanggung jawab mengganggu operasional bank dan membanjiri pasar kripto dengan USD 90 juta dana curian.
Adapun pejabat Israel melaporkan pesan palsu yang dikirim ke publik, yang memperingatkan mereka mengenai adanya serangan teroris terhadap tempat penampungan bom. Tujuannya adalah untuk menabur kepanikan.
Berdasarkan data, kelompok hacker anti-Iran yang kemungkinan terkait dengan Israel, Gonjeske Darande alias Predatory Sparrow belum lama ini mengklaim serangan terhadap salah satu bank terkenal di Iran “Bank Sepah.
Gara-gara hal itu, masyarakat Iran kesulitan mengakses akun perbankan mereka, sulit ambil uang tunai maupun mengambil kartu bank mereka.
Sebelumnya di tahun 2018, Depkeu AS memberi sanksi ke Bank Sepah karena dianggap mendukung Iran.
Akses Internet Dimatikan
Sementara itu, pemerintah Iran meminta masyarakat untuk menghapus layanan pesan WhatsApp.
Tak hanya itu, internet juga dipadamkan sehingga membuat Iran offline selama lebih dari 12 jam karena ada dugaan “penyalahgunaan” jaringan Israel untuk tujuan militer.
Informasi tersebut berdasarkan laporan perusahaan pemantau internet Netblocks dan Censys.
Kantor Berita Tasnim Iran melaporkan, pemadaman internet bersifat sementara karena adanya kondisi khusus negara. Internet pun dijadwalkan akan kembali normal seiring dengan situasi yang dinilai membaik.
Sejarah Serangan Hacker Iran dari Israel
Dikatakan, perang siber antara kedua negara ini terjadi sejak bertahun-tahun lalu. Bahkan, kelompok hacker Israel Predatory Sparrow disebut telah meluncurkan serangan siber Stuxnet pada 2010.
Stuxnet merupakan virus komputer yang bisa merusak atau menghancurkan sentrifugal, komponen yang dipakai untuk memperkaya uranium di fasilitas pengayaan uranium Iran di Natans.
Natans sendiri menjadi salah satu fasilitas milik Iran yang ditarget oleh rudal Israel belum lama ini.